Tuesday, February 18, 2014

Abang

Papa, aku punya seorang abang - tapi tak sedarah dengan kita. Ia tak pernah menendang-nendang perut mama dari dalam rahim yang ukurannya pun aku tak tahu. 

Aku bertanya macam-macam padanya, ia juga menjawab macam-macam. Kami bercerita ini dan itu, tertawa-tawa sambil sesekali mengisyaratkan kecewa pada sederet nama.

Papa, sudah lama aku tak berbicara dengan abang. Abang yang asli, yang sedarah dengan kita. Aku tak pernah rindu dia, besok-besok kami juga pasti bertemu. Sekarang kubiarkan saja dia sibuk dengan apa yang dikerjakannya. Toh, mau senyaring apapun suaraku juga tak akan didengarnya.

Sebentar lagi abang yang tak sedarah dengan kita itu akan punya anak kedua. Akan kubelikan buku dongeng, supaya nanti kalau sudah besar dia tak akan kaget mendengar omongan orang-orang yang tak ada habisnya. Supaya nanti kalau sudah besar matanya tak lagi mengerjap-ngerjap penuh harap pada kilau tawaran dunia.

Papa, berkenalanlah dulu dengan abangku yang satu ini. Meskipun tak memanggilmu "papa", tapi ia satu-satunya yang bilang; "Oalah, cepat sembuh ya," padaku.

Bandung, 18 Februari 2014

0 comments:

Post a Comment

anggityamarini. Powered by Blogger.

© Bittersweet Footy Script, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena