Saturday, February 15, 2014

60

Tadinya, aku juga tidak paham apa artinya 60. Angka 6 dan 0 yang diletakkan berdampingan, jadilah 60. 

Menurut numerologi yang entah apa maksud dan tujuannya, 60 itu berarti ibu dari segala angka. Angka yang berarti simbol dari prinsip mengemong, kepedulian. Katanya, 60 itu angka yang bekerja dan membangun, tugasnya menjaga harmoni.

Jenius-jenius teologi itu juga bilang kalau ada unsur manusia dalam 60. Angka 6 sering mereka terjemahkan sebagai angka manusia. Ingat ayat Alkitab kalau manusia diciptakan pada hari ke-6, bukan? Omongan mereka aku lanjutkan dengan melihat 0. 0 berarti kosong. Kata Tong Som Cong, kosong adalah berisi. Berarti 60 itu manusia kosong tapi ada isinya. Mungkin begini. Sejatinya, manusia itu tak ada apa-apanya, tapi bukan berarti ia tak bisa melakukan hal-hal yang bermakna.

Kalau ini omongan cendekia-cendekia Muslim. Kata mereka, saat berusia 60 tahun, Nabi Muhammad melaksanakan Haji Wada' yang disertai puluhan ribu umat Muslim dari entah berapa banyak suku dan kabilah yang telah memeluk Islam. Ia berangkat dari Madinah pada hari Sabtu tanggal 25 bulan Dzulqa'adah tahun ke-10 Hijriah. Aku pernah membaca kalau mereka meyakini bahwa tahun ini adalah tahun kemenangan Nabi Muhammad dan umat Muslim, pasalnya, di tahun ini mereka bisa melaksanakan ibadah haji dengan aman dan damai.

Astrologi Cina juga melihat peristiwa tadi lewat kacamatanya. Kalau tidak salah, ini bertepatan dengan tahun 631 Masehi, yang dalam kalender Cina berada dalam pengaruh shio kelinci berunsur logam emas. Mereka bilang dalam astrologi Cina, ini hanya terjadi dalam siklus 60 tahunan. Konon, orang akan memasuki tahun di mana shio dan unsurnya sama dengan shio dan unsur sewaktu mereka dilahirkan.  

Ah, membicarakan 60 saja sampai serumit itu. Dasar manusia-manusia kurang piknik! Itu istilah yang aku kenal dari Mas Zen, lengkapnya Zen Rachmat Sugito. Kamu tak perlu mengenalnya, dia hanya orang aneh yang mengingatkanku untuk selalu berpikir. Kurasa dia pun bukan orang yang menulis untuk dikenal di sana-sini. Mungkin di antara sekian banyak orang yang mengaku mengidolakan mendiang Pram, dia adalah bagian dari segelintir orang yang paham kalau seandainya mendiang Pram masih hidup - ia pun akan gulana sendiri melihat riuhnya gembar-gembor pengidolaan itu. Pram tak mau jadi idola, itu yang aku yakini. Tapi tunggu, sepertinya aku pun jadi kurang piknik.

Buatku, 60 itu sederhana saja. Ia memang angka biasa. Tapi terkadang hal-hal biasa juga jago dalam mengingatkan hal-hal tertentu.

Kamu tahu? Buatku, 60 itu berarti 15 tahun kita. Kita di sini tentu saja aku dan kamu. Aku yang membandel dan nekat melamar pekerjaan sebagai asisten manajer keuangan walau tak mahir menyembunyikan ke-4 tatoku. Aku dengan segala kedegilan yang tak mempedulikan "merokok membunuhmu". Aku yang menjadi tegar tengkuk tak mau berhenti menumpahkan kata demi kata di atas kertas - baik kertas secara harafiah, maupun kertas-kertas elektronik yang baru kelihatan wujudnya bila aku sudah mengisi paket internet bulanan. 

Tentang kamu, ya kamu. Kamu yang membuatku bertanya-tanya tentang apa yang sedang kamu terima sekarang, bahagia atau siksa. Hey, aku harap bukan kemungkinan yang terakhir. Kamu ya kamu, siapa lagi? Orang yang mengajariku tentang perasaan maha kurang ajar lagi memuakkan bernama rindu, yang teramat mahir membuat lidahku tak lagi terbiasa untuk mengucap kata "papa".

Ya sudah - bagaimanapun kamu sekarang - selamat jadi 60 tahun, Pa. Ternyata kamu dan Sócrates Brasileiro Sampaio de Souza Vieira de Oliveira dilahirkan pada tanggal yang benar-benar sama. Maaf karena aku tak menyimpan fotomu, maaf karena aku tak lulus kuliah.

Bandung, 19 Februari 2014




0 comments:

Post a Comment

anggityamarini. Powered by Blogger.

© Bittersweet Footy Script, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena