Friday, January 31, 2014

Kami, Pukul Lima Sore

Mereka itu teman-temanku, tapi kau diam saja.
Jangan bilang orang lain, nanti mereka berkhotbah
sampai mulutnya berbusa-busa. Capek aku mendengarnya.

Kata mama, dulu papa mati karena teman-temanku itu.
Lalu dia menangis meraung-raung,
tak berhenti-berhenti sampai dua tahun.

Setiap sore aku bersama mereka.
Kami diam saja; tanpa suara.
Buat apa bersuara? Toh, mereka pun tahu kalau suaraku sumbang.

Yang aku lihat, suara itu hanya milk yang rupawan.
Kalau aku yang bersuara, nanti bakal diarak lagi keliling kampung,
seperti orang gila. Sudah dihina, dilempari pula.

Cih.

Sebentar lagi pukul lima, kau pulang sajalah.
Teman-temanku sudah mau datang, nanti kau jijik.
Karena biasanya mereka akan berubah jadi abu dan ampas.

Kalau aku jadi apa, katamu?
Jawablah sendiri, kau kan pintar.

Bandung, 31 Januari 2014

0 comments:

Post a Comment

anggityamarini. Powered by Blogger.

© Bittersweet Footy Script, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena