Sunday, January 12, 2014

Kalau Bisa, Aku Mau Menjadi Rumah Saja

Kalau bisa, aku mau menjadi rumah saja. Supaya kamu punya tempat untuk berteduh.
Yang menaungimu dari panasnya hiruk-pikuk dunia dewasa. Kalaupun mereka menghujanimu dengan sumpah-serapah, kamu tak perlu bergegas mencari payung. Ada atap yang akan menjagamu dari kuyup. Tunggu saja sampai reda. Supaya tak kedinginan, jangan lupa teguk kopi panasmu.

Kalau bisa, aku mau menjadi rumah saja. Supaya kamu punya tempat untuk tertawa-tawa. 
Hidup ini lucu, bukan? Apalagi Tuhan gemar berkelakar. Saat orang-orang menghardik tawamu, tertawa saja di sini. Yang keras, terbahak-bahak sampai sakit perut. Tak akan ada tetangga yang datang menggedor-gedor pintu dengan amuk - yang memaki-maki tawamu, karena membuat bayi mereka menangis-nangis.

Kalau bisa, aku mau menjadi rumah saja. Supaya kamu punya tempat untuk mengamuk. 
Lampiaskan saja di sini. Lempar apa yang mau kamu lempar, pecahkan apa yang rela kamu pecahkan. Ingin muntab, ya muntablah. Toh, rumah ini jauh dari keramaian. Tak akan ada sirene mobil polisi karena laporan tetangga yang sebenarnya hanya cemas akan harta bendanya.

Kalau bisa, aku mau menjadi rumah saja. Supaya kamu punya tempat untuk menari-nari. 
Kalau saja wajahmu rupawan laiknya bintang film kenamaan, kamu boleh saja menari-nari di luar. Percaya saja kalau orang-orang akan terkagum dengan energimu yang seolah enggan habis. Tapi dunia ini terlalu sering menuntut apa yang sedap dipandang saja. Biar kamu tak dianggap gila, digiring ke rumah sakit jiwa - menari-nari saja di sini, di rumahmu yang jauh dari penghakiman.

Kalau bisa, aku mau menjadi rumah saja. Supaya kamu punya tempat untuk beristirahat. 
Apa yang mereka minta darimu? Apa yang membuatmu terlalu sering menahan kantuk di depan tumpukan kertas kerja, di sekeliling orang-orang cerewet nan munafik? Pulang saja ke mari. Gelar kasurmu, ambil bantal dan gulingmu lalu selimuti badanmu. Tutup mata dan telingamu, karena waktu tidur sudah memanggil. Ah, jangan lupa susu hangatmu.

Kalau bisa, aku mau menjadi rumah saja. Supaya kamu punya tempat untuk membaca. 
Membaca apa saja. Memahami apa yang gemar dilupakan orang, menikmati rayuan kalimat puitis yang membentuk puisi cantik. Abai saja terhadap cendekia-cendekia itu, acuhkan saja lusinan nama besar yang muncul mendadak. Ini rumahmu, kamu tak perlu menjadi pintar - namamu juga tak perlu menjadi besar.

Kalau bisa, aku mau menjadi rumah saja. Supaya kamu punya tempat untuk menulis.
Apa yang mau kamu tulis? Tulislah di sini. Tentang segala hal yang tak kamu percaya, tentang segala kisah pulang yang tak pernah ada di luar. Tentang siapa yang menyambutmu, tentang siapa yang tak sanggup menyembunyikan senangnya walau pulangmu hanya sebentar.

Bandung, 12 Januari 2014

0 comments:

Post a Comment

anggityamarini. Powered by Blogger.

© Bittersweet Footy Script, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena