Wednesday, November 7, 2012

Buat Kalian

“All I want to do is make sure you stop chasing rainbows, trusting those around you is an easy thing to do. I'm not saying don't believe in someone that you don't know, just don't go on thinking that the whole world tells the truth.” (No Use For A Name – Chasing Rainbows)

Ini bukan bulan yang mudah. Banyak yang datang tapi bukan hal baik, banyak yang pergi tapi hal baik. Kata orang segala sesuatu ada hikmahnya, walaupun aku masih belum paham tentang hikmah yang sebenarnya. Orang yang baru datang dan semua apresiasi yang ada langsung ditarik darimu tanpa melihat berapa banyak yang sudah kamu berikan. Tanggung jawab seketika berubah menjadi tuntutan. Selalu ada hak untuk setiap tanggung jawab, tapi hanya ada tuntutan baru untuk setiap tuntutan. Kenyataan kalau kamu bukan siapa-siapa kalau dibandingkan dengan yang lain, kenyataan kalau kepercayaan itu cuma hal bodoh. Pernah mengalami itu sekaligus? Belum lagi ada yang diambil darimu buat selamanya.

Dari kemarin lirik lagu ini seperti berbicara langsung, seperti seseorang yang berkata “I TOLD YOU!”. Rasanya ingin mengganti lagu ini, tapi cuma ini yang ada di otak. Tadi malam aku merasa bodoh. Bukan karena tidak tahu apa-apa, tapi karena sudah mengetahui sebuah kenyataan. Kenyataan kalau semuanya sudah berubah, kalau apresiasi yang ada sewaktu-waktu bisa ditarik walaupun cuma hal itu yang tersisa. Lalu aku punya apa? Dan ternyata aku punya dia yang mau mengirim ratusan lagu lewat email. Ini bukan konsep “aku punya dia” ala remaja. Bukan, bukan seperti itu. Ini semacam perasaan lega karena saat yang lain ikut mengambil apa yang tersisa darimu, masih ada orang yang datang untuk memberi supaya kamu tidak kosong. Sekalipun kamu tidak berteman akrab dengannya, sekalipun kalian hanya bertemu atas nama kecanggihan teknologi dunia maya. Hal kecil memang, tapi aku tidak peduli. Aku juga tidak peduli kalau pada akhirnya batasan megabyte bla bla bla pada email menggagalkannya, for most of all what he wants to do, that’s all that matters. Jadi, terima kasih. Terima kasih untuk tetap ada walaupun kita belum pernah bertemu.

 You don't even know how big it means to the ridiculous one like me

Pagi ini aku bangun lagi. Masih dengan keputusan untuk tidak mempercayai orang lain, tapi ada sedikit perasaan manis yang timbul karena apa yang dilakukannya tadi malam. Dan benar, ada yang dirampas lagi pagi ini. Hari ini, maksudnya. Orang yang sama, orang yang minggu ini ikut merampas apa yang aku miliki. Apa yang dia ambil hari ini sedikit berbeda, tapi lebih menyakitkan. Dia mengambil keyakinan kalau semuanya akan membaik. Marah adalah definisi yang paling masuk akal atas dominasi perasaan yang ada. Namun kecanggihan dunia maya membuatku sedikit lega, lega karena pada akhirnya aku bisa mengungkapkan secara jujur kalau all I want to do is just to kick some ass. Lalu dia datang, dengan kekonyolan yang membuatku... Ah, I don’t even know how to describe it. He came & offered his own self to be that ass, to be something I could kick. He was not that asshole, but he wanted to be it. It relieved me for real, the sweetest ass thing I’ve ever gotten. Ya, aku lega walaupun tidak menendangnya. Jadi terima kasih. Terima kasih karena kamu tetap ada walaupun kita belum pernah bertemu.

 There's the time when the ass thing turns to be the sweet thing

Ini tulisan kecil yang absurd, yang aku tulis sambil menunggu laga Milan – Malaga. Tapi sudahlah, yang jelas terima kasih buat kalian. Buat kamu dan kamu. Tuhan dan segala kebahagiaan-Nya yang ajaib ada buat kalian. Sekali lagi, terima kasih.




0 comments:

Post a Comment

anggityamarini. Powered by Blogger.

© Bittersweet Footy Script, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena