Saturday, August 24, 2013

Sembilan


Aku mengacuhkan numerologi. Untuk apa percaya pada penafsiran angka kalau dunia menyuguhkan kepastian lewat matematika? Biasanya angka ini tak bermakna apapun, karena setelah sembilan selalu ada sepuluh yang menghidupi keberadaannya dengan wajar. Aku ingat tentang cerita di masa kanak-kanak dulu, sewaktu angka sembilan hanya berarti hafalan angka tunggal yang terakhir. Aku ingat tentang cerita di masa sekolah dulu, sewaktu angka sembilan merangsek naik menjadi cara terbaik untuk membanggakan papa.

Lantas umur terus bergulir, terasa lebih cepat daripada seharusnya. Angka sembilan aku harap tak menambah maknanya, karena aku muak dengan segala kerumitan yang tak kunjung enyah dari umur yang semakin menua. Kembali menjadi anak-anak semacam menjadi godaan terbesar, namun apa daya waktu punya aturannya sendiri. Hari ini angka sembilan berarti rindu. Rindu yang menyembul malu dari balik acuh tak acuh. Rindu yang terlanjur memekik di antara tawa dan kesal. Rindu yang membuyarkan kata-kata yang sempat terekam dalam otak untuk kemudian berbaris rapi di sini.

Tentang kamu aku tak bisa menulis panjang, karena ada rindu yang membentang panjang. Jadi, terima kasih untuk sembilannya - untuk semua yang ada di sembilan hari kemarin.

0 comments:

Post a Comment

anggityamarini. Powered by Blogger.

© Bittersweet Footy Script, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena